Selasa, 09 Oktober 2012

KESIMPULAN ARTIKEL DAN WAWANCARA




Berikut ini merupakan hasil kesimpulan dari artikel tentang penulisan bahan ajar dan hasil wawancara.
Buku teks adalah buku yang dijadikan teks pelajaran. Karena itu, buku teks sering disebut buku pegangan, buku ajar, dan atau buku pelajaran. Artinya, buku teks adalah buku yang dikhususkan bagi pelajar. Jadi, buku teks termasuk buku sekolah.
Namun pada esensi buku teks pelajaran itu ialah Suatu jenis buku yang ditulis secara terstruktur, sistematis dan mematuhi kaidah-kaidah etika penulisan oleh seorang dosen atau sekelompok orang yang kompeten  dan diperuntukkan bagi dosen dan para mahasiswa sebagai bahan pembelajaran dalam proses perkuliahan maupun untuk kepentingan-kepentingan lainnya
Meskipun saat ini pemerintah telah menyediakan Buku Sekolah Elektronik (BSE), buku teks masih diperlukan. Mengapa? Banyak BSE yang sulit diterapkan. Semua itu disebabkan banyak hal: kebahasaan terlalu sulit dipahami, media yang sulit dipilih, dan kualitas cetakan yang teramat rendah. Maka, ini adalah kesempatan bagi kita untuk menjadi penulis buku teks.
Menulis buku teks dapat diawali dengan mempelajari Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Mengapa? Semua buku teks harus berisi materi yang telah ditetapkan pemerintah selaku regulator. Jadi, setiap penulis harus menaati itu agar naskah bukunya dapat diterbitkan.
Permendiknas Nomor 22 Tahun berisi Standar Isi. Standar Isi (SI) itu berisi materi-materi umum yang masih perlu dijabarkan. Materi umum itu disebut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). Bagi penulis buku teks, materi ini harus dikuasai dengan baik.
Jika sudah mempelajari SKKD itu, penulis dapat melanjutkan dengan menyusun peta konsep. Mengapa? Karena SKKD itu masih berbentuk gambaran umum. Jadi, penulis harus memilah bagian SKKD itu menjadi bab-bab lain sehingga semua materi tercantum dalam bukunya. Jika Anda masih kebingungan, silakan pergi ke took buku dan belilah sebuah buku teks. Anda akan menemukan contoh buku yang berisi SKKD itu dan pelajarilah.
Setelah membuat peta konsep, Anda dapat melanjutkannya dengan mencari bahan yang relevan. Anda dapat memanfaatkan internet, koran, majalah, dan atau sumber-sumber lain. Namun, Anda harus mencantumkan sumber tulisan itu pada bagian daftar pustaka
I.                    KATEGORI BUKU
Dalam melakukan penulisan bahan ajar kita sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu kategori buku. Dalam hasil wawancara kemarin kategori buku itu terbagi menjadi tiga kelompok:
1.      Buku yang baik
2.      Buku yang cukup baik
3.      Buku pemula atau kompilasi
Buku yang masuk kategori baik itu merupakan buku yang hasil dari penelitian sang penulis tersebut atau murni tanpa ada bantuan orang lain. Yang di tekankan dalam kategori buku yang baik itu ialah originalitas dari hasil pemikiran kita sendiri. Meskipun memang jika ada dari orang lain itu hanyalah sebuah pendamping. maksud dari pendamping itu ialah pikiran kita yang utama dan pikiran orang untuk menguatkan pikiran kita. Di Indonesia masih sulit buku jenis ini atau buku yang termasuk kategori baik. Masih banyak orang besar yang ada di indonesia masih belum terbiasa melakukan penelitian jadi jika mereka menerbitakan belum tentu murni hasil penelitian nya. Buku yang termasuk ke dalam kategori buku yang baik itu atau yang hasil penelitian dia sendiri ialah seperti buku nya Piaget, Bandura, Gagne dan lainya.
Lalu kategori buku yang selanjutnya yaitu buku yang cukup baik itu buku yang basis pikiran nya pikiran orang lain tetapi di konstruksi dalam pikiran sang penulis itu jadi yang keluar ialah bahasa sang penulis tersebut. Contoh nya seperti ini kita ingin menulis tentang demokrasi namun kita gak punya pikiran tentang demokrasi. Tetapi kita membaca buku tentang demokrasi yang dari hasil analisis orang yang kita konstruksi ulang dengan bahasa kita sendiri.
Selanjutnya kategori buku yang terkahir yaitu buku kompilasi atau pemula. Contohnya kita punya 30 referensi lalu masing masing referensi kita ambil sedikit kemudian kita gabungkan menjadi satu. Itu namanya buku kompilasi. Dan kategori buku inilah yang paling banyak di indonesia meskipun yang menulis buku tersebut tidak tanggung seperti doktor maupun profesor.
II.                  HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN KETIKA MENULIS BUKU

Dalam menulis buku tentu saja kita harus mengikuti kaidah kaidah yang sudah di tentukan. Berikut ini hal – hal yang harus diperhatikan dalam menulis buku teks adalah sebagai berikut:
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar
Jangan menggunakan istilah asing terlalu banyak
Adanya Glosarium untuk istilah penting
Setiap bab sebaiknya di lengkapi dengan pertanyaan dan pemecahan masalah
Pada bagian prakata perlu di tulis : mengapa buku ini di tulis, siapa khalayak penggunanya, bagaimana struktur buku, dan apakah ada pesan khusus bagi pengguna buku



III.                ETIKA ILMIAH PENULISAN BUKU

Etika ilmiah dalam penulisan sebuah buku ialah sebagai berikut:
1.      Gunakan Tata bahasa Indonesia (lainnya) yang baik dan benar dalam proses penulisan.
v  Buku Ajar adalah media edukasi yang efektif  kepada pembaca tentang tata penulisan yang baik dan benar
v  Sebagai penulis, dosen memiliki tanggung jawab moral mengedukasi peserta didik dan masyarakat luas melalui karya-karya tulis akademis tentang bagaimana menggunakan tatabahasa Indonesia baik dan benar
v  Kualitas buku ajar mencerminkan kualitas penulisnya

2.      Hindari kesalahan teknis penulisan dalam:
v   Penulisan huruf, kata dan kalimat
v   Pemaparan bab, sub bab dan materi tulisan yang tidak runtut dan kronologis sehingga membingungkan dan membosankan pembaca
v  Pengutipan langsung dan tidak langsung dari suatu sumber
v   Pengutipan, penyebutan dan penulisan sumber rujukan
v   Penulisan Daftar Pustaka

3.      Hindari perbuatan tercela “plagiasi” dalam penulisan
v  Plagiarisme : tindakan “mencuri” atau mengambil  ide,  hasil karya  atau  tulisan orang lain untuk menjadi ide atau karya  tulisan sendiri tanpa menyebutkan penulis dan sumber aslinya.
v  Tingkat Plagiarisme :
o   Mengambil tulisan orang lain  jadi tulisan sendiri,
o   Mengambil gagasan orang lain jadi pemikiran sendiri
o   Mengambil temuan orang lain jadi temuannya  sendiri
o   Mengakuisisi karya kelompok sebagai hasil sendiri,
o   Menerbitkan kembali tulisannya sendiri (sebagian atau  seluruh) yang sudah diterbitkan sebelumnya
o   Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya.

4.      Hindari melakukan FALSIFIKASI penulisan ilmiah.
Falsifikasi adalah upaya yang dilakukan seorang penulis dengan cara mengubah atau merekayasa  suatu data, informasi, teori, temuan riset atau pernyataan  dari suatu sumber agar sesuai dengan keinginan penulis dalam menyimpulkan suatu hasil riset, merumuskan teori,  proposisi dan hipotesis yang dibangun, atau pernyataan yang menjadi keyakinan penulis.
5.      Jangan melakukan FABRIKASI dalam penulisan buku ajar.
Fabrikasi adalah upaya yang dilakukan seorang periset atau penulis buku dengan menciptakan data, teori atau membuat suatu informasi  fiktif yang sebenarnya tidak ada.
6.      Jangan menggunakan data/informasi rahasia dari  suatu institusi tanpa ijin dalam penulisan buku

IV.                LANGKAH – LANGKAH MENULIS BUKU AJAR

Langkah langkah yang harus kita lakukan dalam menulis buku ajar cetak itu ialah:
1.      Mencari Ide
2.      Menentukan tema sesuai bidangnya. Dalam langkah ini kita menentukan tema apa yang akan kita pilih untuk menulis buku dan tentu saja sesuai dengan keahlian kita.
3.      Mengumpulkan bahan
4.      Mengumpulkan referensi (perbanyak jurnal)
5.      Up to date (referensi terbaru). Kita harus up to date terhadap ilmu ilmu baru yang bisa kita dapatkan dari internet, media sosial, bahkan jurnal internasional.
6.      Menulis
7.      Setiap bab berpatokan pada garis besar bab

V.                  UNSUR – UNSUR DALAM BUKU

Unsur yang ada dalam buku atau sistematika penulisan buku ialah sebagai berikut:
·         Judul
·         Prakata dan Kata Pengantar
·         Daftar Isi (tabel, Gambar, simbol)
·         Tinjauan Mata Kuliah
·         Pedoman Umum Pengguna Buku
·         Batang Tubuh  (terbagi dalam bab dan subbab, atau bagian)
·         Daftar Pustaka
·         (Glosarium)
·         Indeks
·         Ringkasan Buku (untuk diterbitkan)

VI.                KESULITAN DALAM MENULIS BUKU

·           Minat menulis rendah
·           Motivasi rendah
·           Tidak tahu cara menulis
·           Banyak dosen belum memahami tata penulisan dan etika penulisan
·           Banyak terjadi pelanggaran etika akademik  penulisan (plagiasi, falsifikasi, fabrikasi,)




kelompok:
desta pratomo 1215106094
nurdiansyah     1215106092
ahmad binar    1215086060
adnan amri      1215106074





               

Menulis Buku teks


Menulis buku teks merupakan pekerjaan yang gampang-gampang sulit. Mereka yang sudah terbiasa duduk berlama-lama di depan layar monitor komputer pasti bilang bahwa menulis buku teks ternyata mengasyikkan. Hampir-hampir lupa waktu. Namun, bagi mereka yang jarang berhadapan dengan komputer, menulis jadi pekerjaan yang amat menjenuhkan dan menyulitkan. Belum lagi mesti mematuhi standar penilaian buku pelajaran yang biasanya sudah ditentukan oleh Pusat Perbukuan atau Tim Editor Penerbit Buku.
Itu artinya, selain dituntut untuk terampil mengungkapkan pikiran dengan bahasa yang mudah yang efektif dan komunikatif, menulis buku teks juga perlu memerhatikan rambu-rambu penulisan yang terstandar, baik menyangkut aspek materi, penyajian, bahasa dan keterbacaan, maupun grafika.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya seorang guru mulai melirik penulisan buku teks sebagai pekerjaan sampingan. Aktivitas ini tidak saja mendorong sang penulis untuk menguasai substansi keilmuan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diampu, tetapi juga secara finansial cukup lumayan untuk bisa menambah uang saku anak-anak. 
A.     Etika Ilmiah Penulisan Bahan Ajar

1.      Gunakan Tata bahasa Indonesia (lainnya) yang baik dan benar dalam proses penulisan.
v  Buku Ajar adalah media edukasi yang efektif  kepada pembaca tentang tata penulisan yang baik dan benar
v  Sebagai penulis, dosen memiliki tanggung jawab moral mengedukasi peserta didik dan masyarakat luas melalui karya-karya tulis akademis tentang bagaimana menggunakan  tatabahasa Indonesia baik dan benar
v  Kualitas buku ajar mencerminkan kualitas penulisnya

2.      Hindari kesalahan teknis penulisan dalam:
v   Penulisan huruf, kata dan kalimat
v   Pemaparan bab, sub bab dan materi tulisan yang tidak runtut dan kronologis sehingga membingungkan dan membosankan pembaca
v  Pengutipan langsung dan tidak langsung dari suatu sumber
v   Pengutipan, penyebutan dan penulisan sumber rujukan
v   Penulisan Daftar Pustaka

3.      Hindari perbuatan tercela “plagiasi” dalam penulisan
v  Plagiarisme : tindakan “mencuri” atau mengambil  ide,  hasil karya  atau  tulisan orang lain untuk menjadi ide atau karya  tulisan sendiri tanpa menyebutkan penulis dan sumber aslinya.
v  Tingkat Plagiarisme :
o   Mengambil tulisan orang lain  jadi tulisan sendiri,
o   Mengambil gagasan orang lain jadi pemikiran sendiri
o   Mengambil temuan orang lain jadi temuannya  sendiri
o   Mengakuisisi karya kelompok sebagai hasil sendiri,
o   Menerbitkan kembali tulisannya sendiri (sebagian atau  seluruh) yang sudah diterbitkan sebelumnya
o   Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya.

4.      Hindari melakukan FALSIFIKASI penulisan ilmiah.
Falsifikasi adalah upaya yang dilakukan seorang penulis dengan cara mengubah atau merekayasa  suatu data, informasi, teori, temuan riset atau pernyataan  dari suatu sumber agar sesuai dengan keinginan penulis dalam menyimpulkan suatu hasil riset, merumuskan teori,  proposisi dan hipotesis yang dibangun, atau pernyataan yang menjadi keyakinan penulis.

5.      Jangan melakukan FABRIKASI dalam penulisan buku ajar.
Fabrikasi adalah upaya yang dilakukan seorang periset atau penulis buku dengan menciptakan data, teori atau membuat suatu informasi  fiktif yang sebenarnya tidak ada.

6.      Jangan menggunakan data/informasi rahasia dari  suatu institusi tanpa ijin dalam penulisan buku

Berikut ini rambu-rambu penulisan buku teks yang ditetapkan oleh Pusat Perbukuan sejak tahun 2003, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

B.      Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ancangan (Pendekatan) Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah Pendekatan Komunikatif. Dalam ancangan pembelajaran komunikatif, pembelajaran bahasa bertumpu pada pengembangan kemampuan siswadalam menggunakan bahasa sebagai alat ungkap pesan/makna untuk berbagai tujuan berbahasa. Artinya, tujuanpembelajaran bahasa adalah keterampilan berbahasa siswa dalam hal membaca, mendengar, berbicara, dan menulis. Keterampilan itu merupakan wujud khas perilaku manusia yang bertumpu pada KEBERMAKNAAN. Implikasinya dalam pembelajaran bahasa adalah bahwa kebermaknaan merupakan persyaratan mendasar dalam pengembangan dan penyajian materi bahasa dan sastra Indonesia.
1. Ciri Pembelajaran Komunikatif
a. Pembelajaran mengarahkan siswa untuk menguasai bahasa dalam konteks komunikasi. Dengan demikian,pembelajaran Bahasa Indonesia mengarah pada kegiatan komunikasi nyata dan penugasan yang bermakna serta penggunaan bahasa yang bermakna bagi siswa.
b. Pembelajaran mencerminkan kebutuhan siswa, yakni keterampilan menggunakan bahasa secara bermakna, yang bersifat humanis, yakni menempatkan siswa pada posisi aktif.
c. Pengembangan kompetensi komunikatif mencakup kemampuan siswa untuk menafsirkan bentuk-bentuklinguistik, baik bentuk yang eksplisit maupun implisit.
2. Prinsip Pengembangan Kemampuan Komunikasi dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Prinsip Kebermaknaan: disesuaikan dengan kebutuhan siswa, bertumpu pada pemenuhan dorongan bagi siswauntuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasaan, perasaan, dan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Prinsip Keotentikan bahan dan materi pelatihan berbahasa: dipilih teks/wacana tulis/lisan yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk: mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan fungsi komunikatif bahasa, memenuhi kebutuhan berbahasa siswa. Bahan berisi petunjuk/pelatihan/tugas yang memanfaatkan media cetak atau elektronik seoptimal mungkin; didasarkan atas hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa; sedapat mungkin bersifat otentik; mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan fungsional; serta mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal.
c. Prinsip Keterpaduan materi.
d. Prinsip Keberfungsian dalam pemilihan metode dan teknik pembelajaran
e. Prinsip Performansi Komunikatif, berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih, dan lain-lain.
f. Prinsip Kebertautan (kontekstual) berkaitan dengan pemanfaatan media dan sumber belajar.
g. Prinsip Penilaian yang menuntut sistem penilaian yang (a) mengukur kemahiran berbahasa secara menyeluruh dan terpadu, (b) mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa Indonesia secara tulis/lisan, baik produktif maupun reseptif, serta (c) mengarahkan kemampuan siswa dalam menghasilkan wacana lisan maupun tulisan.
C. Standar Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Buku pelajaran menurut ahli adalah media pembelajaran yang dominan peranannya di kelas. Oleh karena itu, pelajaran harus dirancang dengan baik dan benar dengan memperhatikan standar-standar tertentu. Standarbuku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan berkenaan dengan bahasa dan sastra Indonesia; yang berkenaan dengan penulis, pengembangan naskah (yang mencakup isi atau materi, penyajian materi, bahasa dan keterbacaan, serta grafika) dan pemanfaatannya disekolah; serta disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
1. Aspek-Aspek Buku Pelajaran Yang Dinilai
a. materi
b. penyajian
c. bahasa dan keterbacaan
d. grafika
Keempat aspek ini saling berkait satu sama lain.
o   Aspek Isi atau Materi Pelajaran
v  Aspek ini merupakan bahan pembelajaran yang disajikan di dalam buku pelajaran.
v  Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir dari segi penerbitan.
v  Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias.
v  Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan sesuai dengan minat dan kognisi siswa.
v  Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya.
v  Ilustrasi harus sesuai dengan teks.
v  Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana.
v  Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum.
v  Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman.
o   Aspek Penyajian Materi
Aspek ini merupakan aspek tersendiri yang harus diperhatikan dalam buku pelajaran. Berkenaan dengan penyajian:
v  tujuan pembelajaran,
v  keteraturan urutan dalam penguraian,
v  kemenarikan minat dan perhatian siswa,
v  kemudahan dipahami,
v  keaktifan siswa,
v  hubungan bahan, serta
v  latihan dan soal.
o   Aspek Bahasa dan Keterbacaan
Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraph, dan wacana.
Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraph, danwacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa. Ada tiga ide utama yang terkait dengan keterbacaan, yakni:
1. Kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi, ukuran huruf, dan lebar spasi) yang berkaitan dengan aspek grafika;
2. Kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan) yang berkaitan dengan aspek penyajian materi;
3. Kesesuaian (berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang-pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf) yang berkaitan dengan bahasa dan keterbacaan.

Kesimpulan :
            Seorang penulis buku yang baik harus dapat menulis buku dengan kiat-kiat yang telah disepakati secara umum. Kiat-kiat penulisan dapat membantu memudahkan penulis dalam menuangkan ide menulisnya, dan bagi para pembaca tercipta ketertarikan untuk membaca buku tersebut. Kiat-kiat menulis buku pun harus dilakukan agar buku yang dihasilkan penulis merupakan buku original. Karena terdapat beberapa penulis “nakal” yang tidak mengikuti kaidah penulisan secara benar dan mengakibatkan hasil tulisannya merupakan karya plagiarisme.
Dalam menulis buku pun, diperlukan kemampuan berbahasa yang baik. Sebuah buku haruslah dengan mudah dapat diterima oleh pembacanya. Ketersediaan bahasa pun harus mengikuti objek pembaca buku, jika objek pembaca adalah kaum pelajar dan mahasiswa, gunakanlah bahasa yang ringan, tidak banyak istilah-istilah yang sulit dimengerti, dan komunikatif sesuai dengan karakter berbahasa mereka.
Adapun beberapa hal yang dapat terjadi jika penulis tidak mengindahkan kaidah penulisan buku secara benar adalah sebagai berikut:
Ò  Mempertaruhkan reputasi buku, kredibilitas penulis,  citra institusi PT dan penerbit buku
Ò  Dapat merusak citra, kepercayaan dan membahayakan kelangsungan  profesi seorang dosen
Ò  Dapat menurunkan kepercayaan publik dan merusak citra keilmuan  sertta profesi dosen

Sumber:
http://sawali.info/2007/07/15/menulis-buku-teks/

Wawancara Penulis Buku


WAWANCARA KELOMPOK

hasil wawancara kelompok :
Desta Pratomo 1215106094
Nurdiansyah 1215106092
Adnan Amri 1215106074
Ahmad Binar 1215086060


                Dalam wawancara kali ini. Kelompok kami melakukan wawancara pada salah satu dosen yang ada di universitas negeri jakarta. Beliau bekerja di fakultas ilmu pendidikan program pendidikan bimbingan konseling nama beliau yaitu AIP BADRUJAMAN. Profesi Penerbit itu merupakan dosen. Penerbit memulai karir sebagai asisten dosen pada tahun 2004. Beliau memulai menulis sebuah buku pada tahun 2008. Beliau sudah menerbitkan beberapa buku yait sebanyak 4 buah buku. Namun ke empat buku tersebut di terbitkan oleh penerbit yang berbeda.
Pada buku terbitan dia yaitu yang pertama adalah “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ yang diterbitkan oleh transinfomedia pada tahun 2008. Yang kedua “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” di terbitkan oleh penerbit yang sama yaitu transinfomedia pada tahun 2009. Yang ketiga “evaluasi program bimbingan konseling” dan pada buku terbitan dia yang ketiga tersebut dia bekerja sama dengan indeks bukan lagi dengan transinfomedia dia menerbitkan buku nya ini pada tahun 2011. dan yang keempat “ penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling ” lalu pada buku nya yang ke empat dia juga bekerja sama dengan indeks. Dia menerbitkan bukunya yang ke empat pada tahun 2012. 
Awal dia mencetak buku yang pertama yang berjudul “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ sebenarnya muncul dari ketidak sengajaan. Pada saat itu beliau mengajar mata kuliah sosiologi di ilmu keperawatan. Dan ketika itu penerbit melihat diktat yang beliau gunakan. Dan ketika beliau menggunakan diktat tersebut untuk pembelajaran penerbit melihat diktat tersebut dan meminta beliau untuk membuat nya sebagai buku.
Pada buku terbitan nya yang kedua yaitu yang berjudul “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” bukan beliau lagi yang meminta untuk di terbitkan melainkan sang penerbit yang menanyakan bahwa apa sudah ada naskah yang siap di terbitkan. Kali ini beliau yang di minta sang penerbit untuk membuat sebuah naskah lalu di jadikan sebuah buku.
Buku terbitan selanjutnya yaitu berjudul “evaluasi program bimbingan konseling” Dan yang ketiga kali ini beliau bekerja sama dengan penerbit yang berbeda. Kali ini beliau bekerja sama dengan sebuah penerbitan yaitu INDEKS. “kali ini saya bekerja sama dengan indeks. Dan ini lebih bagus dari penerbit sebelumnya” tutur beliau. Indeks ini merupakan penerbit yang menerbitkan salah satu profesor. Yaitu, prof. Cony setiawan. Beliau berdiskusi  dengan prof cony dan mencari informasi. Beliau mengatakan kepada prof cony bahwa ia mempunya naskah. Dan prof cony menyampaikan nya kepada indeks. Lalu penerbit pun ingin melihat naskah tersebut sehingga akhirnya di setujui.
Yang ke empat pun jauh lebih mudah dari yang sebelumnya. Karena pada kali ini penerbit menanyakan pada beliau bahwa sudah ada lagi atau belum naskah yang ingin diterbitkan. Karena memang beliau senang membagikan ilmu pengetahuan nya tentu saja beliau bersedia untuk menuliskan naskah. Buku terbitan beliau yang ke empat ini berjudul “ penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling ”
Setelah itu kelompok kami pun menanyakan hal – hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam penulisan sebuah buku. Beliau menyatakan bahwa buku itu memiliki tiga kategori yaitu buku yang baik, buku yang cukp baik, dan pemula (yang baru memulai menulis buku).
Beliau menjelaskan lebih dalam yaitu buku yang masuk kategori baik itu merupakan buku yang hasil dari penelitian sang penulis tersebut atau pure tanpa ada bantuan orang lain. Beliau berpendapat bahwa “Yang di tekankan dalam kategori buku yang baik itu ialah originalitas dari hasil pemikiran kita sendiri. Meskipun memang jika ada dari orang lain itu hanyalah sebuah pendamping. maksud dari pendamping itu ialah pikiran kita yang utama dan pikiran orang untuk menguatkan pikiran kita tersebut Istilah teknis nya ya seperti itu”. Beliau pun menuturkan bahwa di indonesia masih sulit buku jenis ini atau buku yang termasuk kategori baik. Masih banyak orang besar yang ada di indonesia masih belum terbiasa melakukan penelitian jadi jika mereka menerbitakan belum tentu murni hasil penelitian nya. Buku yang termasuk ke dalam kategori buku yang baik itu atau yang hasil penelitian dia sendiri ialah seperti buku nya Piaget, Bandura, Gagne dan lainya.
Lalu kategori buku yang selanjutnya yaitu buku yang cukup baik itu buku yang basis pikiran nya pikiran orang lain tetapi di konstruksi dalam pikiran sang penulis itu jadi yang keluar ialah bahasa sang penulis tersebut. Contoh nya seperti ini kita ingin menulis tentang demokrasi namun kita gak punya pikiran tentang demokrasi. Tetapi kita membaca buku tentang demokrasi yang dari hasil analisis orang yang kita konstruksi ulang dengan bahasa kita sendiri.
Selanjutnya kategori buku yang terkahir yaitu buku kompilasi atau pemula. Contohnya kita punya 30 referensi lalu masing masing referensi kita ambil sedikit kemudian kita gabungkan menjadi satu. Itu namanya buku kompilasi. Dan kategori buku inilah yang paling banyak di indonesia meskipun yang menulis buku tersebut tidak tanggung seperti doktor maupun profesor.
Buku beliau yang pertama yaitu tentang sosiologi keperawatan termasuk ke dalam buku kompilasi atau pemula. Karena beliau mengambil dari beberapa referensi karena pada dasarnya itu diktat.  Perbedaan yang mencolok dalam kategori buku yang cukup baik dan kompilasi ialah kalau buku yang cukup baik itu secara teknis dalam satu buku tersebut hanya sekitar 10% merupakan kutipan dan sisanya pikiran penulis itu sendiri. Lalu buku yang di kategorikan kompilasi itu secara teknis dala satu buku tersebut sekitar 90%  merupakan suatu kutipan dan sisanya pemikiran penulis itu sendiri.
Beliau berkata “ sebenarnya kategori itu semua merupakan suatu proses. Jika ada orang yang menganggap Buku kompilasi atau buku pemula tidak bisa dikatakan tidak layak terbit saya kurang setuju”. Beliau menganggap banyak orang yang takut menulis buku karena menganggap atau takut kalau tulisan nya itu tidak layak untuk di terbitkan. Buku itu sebenarnya lebih ke interaksi akademis. Seperti contoh orang yang menganggap buku kita itu bagus namun ada juga yang berkata buku kita itu jelek. Tapi itu semua merupakan salah satu feedback dan interaksi akademik yang membangun kita untuk proses yang lebih sempurna lagi.
Jika kita menunggu atau ingin membuat buku yang bagus maka kita tidak akan memulai menulis buku di karenakan kita masih takut menulis buku yang di anggap jelek. Bagus itu di mulai dari yang buruk atau yang belum sempurna.
Dalam menulis buku itu yang terpenting ialah spirit berbagi, maksudnya ialah berbagi pengetahuan kepada orang lain. Beliau kadang menganggap sesuatu yang kita pikirkan dan kita tulis itu kecil tetapi ketika ada seminar pelatihan ada yang menanggapi tulisa kita dan merasa bahwa tulisan kita sangat bagus sekali dan berpengaruh.
Kesulitan atau kendala yang di hadapi beliau ketika melakukan penulisan ialah fokus dan sarana. Fokus atau mood itu sangat berpengaruh sekali dalam penulisan buku. Dan mood itu sendiri pun saling berhubungan dengan prasarana.
Jika mood beliau sedang bagus atau sedang optimal beliau bisa menulis dalam sehari bisa berpuluh puluh halaman tetapi jika dalam mood yang kurang baik itu ya sangat sulit sekali mendapat kan ide untuk menulis. Seperti yang di katakan tadi bahwa kondisi psikologis itu ataupun mood itu tidak berdiri sendiri. Ada faktor lain yang mampu mempengaruhi mood tersebut yaitu fasilitas. Di jurusan beliau yaitu Bimbingan Konseling tidak mempunyai ruang dosen yang memadai dan nyaman sehingga mendukung kita untuk menciptakan banyak karya. Kita ambil contoh seperti ini “ jika saya sedang menulis kan buku di jurusan lalu tiba tiba lampu nya mati atau turun maka otomatis laptop alat elektronik yang saya gunakan untuk menulis buku pun ikut mati.  Dan itu yang terkadang membuat mood saya pun langsung turun. Beliau menuturkan bahwa dia lebih banyak menulis buku atau menghasilkan karya itu di rumah. Karena di sana beliau mendapatkan kenyamanan sehingga ide yang ada di pikiran pun dapat di keluarkan dengan maksimal.
Beliau sangat heran kepada fakultas yang menginginkan karya dari para dosen tetapi fasilitas dalam fakultas itu sendiri tidak memadai. Bahkan tempat duduk dosen pun kadang terbatas.
“menulis buku itu tidak seperti minum kopi yang dapat di sela. Karena ketika ide muncul dan kita menunda nya maka ide yang awalnya bagus malah menjadi lupa” tutur pak AIB.
Menulis yang baik itu bisa dilakukan jika kita mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri di dapat atau di akses melalui jurnal jurnal internasional. Di UNJ sendiri masih sangat minim sekali orang yang langganan jurnal internasional. Bagaimana bisa kita menulis yang baik tanpa ada referensi yang bagus. Terkadang saya meminta bantuan temen saya yang di luar negeri maupun yang di dalam negeri yang berlangganan jurnal internasional untuk meminjam akun teman saya tersebut hanya untuk mendapat akses referensi yang bagus. Itu semua merupakan kesulitan yang beliau hadapi dalam penulisan buku.
Dan cara memecahkan kesulitan yang beliau hadapi yaitu yang terkait dengan fasilitas yaitu dengan menulis di rumah. Lalu yang terkait dengan referensi yaitu saya meminjam akun teman untuk mengakses jurnal internasional. Lalu yang terkait dengan mood itu sendiri saya berusaha membuat tempat kerja saya di rumah senyaman dan serileks mungkin sehingga mood saya selalu terjaga.
Motivasi beliau dalam menulis buku ialah berbagi pengetahuan dan itu yang paling penting. Karena pengetahuan itu bersifat dinamis dan berkembang. Pengetahuan itu bisa berkembang jika terjadinya interaksi. Dalam sisi akademik yang saya lakukan untuk berinteraksi yaitu melalui buku. Jadi sepintar apapun dosen jika hanya menyimpan di dalam dirinya saja maka interaksi akademik nya pun menjadi minimal. Beliau sadar bahwa buku yang beliau hasilkan merupakan bukan buku yang bagus tetapi kekurangan itu sendiri yang menjadikan diskusi dan motivasi saya untuk membuat buku yang lebih bagus.
Selain dalam hal tersebut motivasi beliau dalam menuliskan buku yaitu untuk menaikkan cum. Dalam jenjang kenaikan pangkat dosen di harapkan menghasilkan karya. Maka karya yang pak Aip hasilkan yaitu menulis buku.
Dari segi finansial menulis buku itu tidak cukup menjanjikan. Karena penerbit itu hanya menghasilkan royalti 10%. Buku teori itu tidak seperti buku novel yang mudah laku di pasaran.
Rencana ke depan pak Aip dalam berkarya ialah dia ingin menciptakan sesuatu yang baru. Yaitu komik statistik. Karena pengalaman dia mengajar atau menjadi tutor untuk statistika melihat bahwa orang orang menganggap statistika itu merupakan ilmu yang prosedural padahal statistika itu merupakan ilmu tentang logika. Yang kita bisa buat dengan lebih menyenangkan. Jadi memahaminya lebih mudah. Dan membuat komik ini merupakan hal yang baru bagi saya.
Yang berikutnya beliau sedang menulis buku tentang penelitian di bidang penelitian terutama bimbingan konseling. Beliau ingin membuat sebuah buku penelitian dimana dalam buku tersebut di jelaskan lebih rinci dari bagaimana merumuskan masalah sampai menuliskan laporan. Karena beliau menganggap buku penelitian saat ini lebih banyak menghadirkan teori dibanding prosedural. Dan manfaat buku ini pun dapat membantu mahasiswa dalam membuat skripsi.
Pesan dari beliau yaitu menulis itu dimulai dari membaca. Banyak membaca lalu cobalah tuliskan apa yang anda pikirkan. Terkadang anda menganggap bahwa yang anda pikirkan itu hanyalah hal yang biasa tapi tanggapan orang lain mungkin bahwa tulisan anda itu luar biasa.
Sebenarnya masalah dari menulis itu ialah bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik dan yang perlu lakukan hanya lah berlatih, berlatih dan berlatih. Apalagi pada saat ini sangat mudah mencari media untuk menulis seperti di blog contohnya. Dan itu memudahkan orang untuk menjadi penulis hebat. Dan yang paling penting itu jangan takut untuk menulis dan jangan takut untuk berbagi ilmu pengetahuan.
sekian hasil wawancara kelompok kami kepada salah satu dosen Fakultas Ilmu Pendidikan bidang Bimbingan Konseling yaitu Pak AIP BADRUJAMAN.



Minggu, 01 April 2012

TERMASUK DALAM KAEGORI ADOPTERS YANG MANAKAH KAMU?

Sebelum membahas kategori adopters ,Pertama tama kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu adopters?
adopters adalah orang yang memakai atau menerima suatu inovasi. Adopter dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan inovasi mereka (innovativeness) dan berdasarkan kecepatan mereka mengadopsi suatu inovasi yang diperkenalkan.
Karena kemampuan untuk menerima inovasi berbeda-beda maka Adopter dikategorisasikan menjadi 5 tahapan (Rogers, 1995) :
1.     Inovators
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.
2.      Early Adopters (Perintis/Pelopor)
Kelompok ini selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3.     Early Majority (Pengikut Dini)
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi. kelompok seperti ini menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat. 
4.     Late Majority (Pengikut Akhir)
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi. 
5.     Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional)
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.

Pembahasan
Setelah kalian mengetahui tentang adopters maka kita menganalisis anak – anak TP UNJ yang mengikuti perkuliahan Difusi & Inovasi Pendidikan. Kira-kira setelah lulus nanti, mereka memilih kategori adopter yang mana ya ??
Ini adalah tabel nya 

ini adalah diagramnya 



dari data diatas, dari 34 orang, wahhh... ternyata banyak yang memilih menjadi inovators , lalu disusul dengan early adopters dan early majority.
kira - kira kenapa yah alasan mereka memilih masig - masing kategori tersebut??

yuk kita liat tabel & diagramnya 

INOVATORS



ternyata mereka yang memilih inovators beragam alasannya, dari mulai karena orang TP harus mempunyai inovasi, untuk memecahkan masalah dalam dunia pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan, membuat pelatihan, dan tanpa alasan..
tetapi alasan yang paling banyak adalah orang TP harus memiliki inovasi dengan 6 orang yang beralasan sama.

EARLY ADOPTERS 



wahhh,,,. ternyata lain halnya dengan pemilih inovators, si early adopters kebanyakan memilih tanpa memberikan alasan yang jelas,, mungkin mereka bingung mau beralasan aalagi,,.. hehe

EARLY ADOPTERS & EARLY MAJORITY





di early adopters dan early majority ini ada 2 alasan, yang pertama sesuai kemampuan individu sebanyak 3 orang dan yang kedua memcahkan masalah dalam dunia pendidikan sebanyak 1 orang dari jumlah semua yang memilih 4 orang..

EARLY MAJORITY, LATE MAJORITY, EARLY MAJORITY & LATE MAJORITY, EARLY MAJORITY & LATE MAJORITY ,TIDAK MEMILIH





dan yang terakhir sisanya tetap yang paling banyak memilih kategori tersebut tanpa memberikan alasan yang jelas,,.. hufttt....





Kesimpulan
Jadi intinya sih Setelah kalian mengetahui tentang adopters maka kita menganalisis anak – anak TP UNJ yang mengikuti perkuliahan Difusi & Inovasi Pendidikan. Kira-kira setelah lulus nanti, mereka memilih kategori adopter yang mana ya ??
Ini adalah perinciannya
bahwa para mahasiswa TPers setelah lulus nanti ingin memiih menjadi seorang INOVATOR dan ada juga yang ingin menjadi Early Adopter supaya lebih selektif dalam memilih inovasi tersebut apakah inovasi itu cocok atau tidak dengan dirinya dan masyarakat.
Sekian dari saya terimakasih,…….

Minggu, 11 Maret 2012

BELAJAR DENGAN FACEBOOK MERUPAKAN INOVASI?

Pada era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia di tuntut untuk mampu menggunakan teknologi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu menggunakan Teknologi dengan baik, contohnya saja dalam hal pengoperasian komputer, masih banyak yang belum menguasai Microsoft Office, sehingga Sumber Daya Manusia yang ada belum mencapai tingkat yang sesuai dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Pihak sekolah, menjadikan TIK (Teknologi Komunikasi dan Informasi) sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Dan belum semua guru mampu mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan.

Namun saat ini, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dsb, sudah mampu mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran mereka. Contohnya saja, sudah adanya Sekolah yang menerapkan E-learning dalam proses pembelajaran mereka. Adanya sekolah yang menerapkan pendidikan jarak jauh yang membantu daerah-daerah terpencil agar mampu meraih pendidikan yang sebanding dengan mereka yang ada di kota-kota besar.

Namun apakah kalian ada yang mengetahui bahwa belajar juga dapat dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial?
contohnya saja pembelajaran yang sangat simple dengan menggunakan jejaring sosial, seperti FB. Nah apakah kalian sudah pernah belajar menggunakan FB?
FB bukan hanya tempat untuk berdiskusi, bergosip, berkenalan, tempat curhat, tempat cari jodoh  ataupun yang lain-lainnya, FB juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Contohnya seperti di mata kuliah saya dikampus yaitu DIP, “apa sih DIP??”
Ituloh DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN yang di ampu Bpk. Prof. Dr. BP Sitepu dan ibu Retno widyaningrum, S.Ikom., M.M.
“Masa ga tau sih??”
“Orang baru ya..??”
(hahahaha)
“Bagaimana cara belajarnya..??”
Nah cara belajarnya itu yang memanfaatkan media forum yang ada di FB itu untuk berdiskusi mengenai matakuliah DIP tersebut. Dengan menggunakan media belajar tersebut membuat kita lebih mudah untuk bertanya, berdiskusi jika mengalami kesulitan.  Belajar jadi menyenangkan dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja.
“Lalu apakah belajar dengan FB ini sebuah inovasi pendidikan??”
“hmm... kita tanya dulu pada teman-teman ya...”
Menurut survei yang diadakan /dilaksanaka/ dibuat/(udah kebanyaka atau ahh) (ia maap2.. ) dalam forum DIP dengan jumlah peserta 33 orang.. didapat data..
Hasil Survey

v   
Hmm... berapa orang ya yang jawab sewaktu ditanya "Apakah Forum Group Discussion IDP ini termasuk inovasi dalam mata kuliah ini?" 

ternyata, jumlah mahasiswa yang jawab  ada 33 dari 38 orang, dan yang diem (kayaknya sih lg sakit dh tuu) 5 orang dari 38 orang.

v   

Hmmm.. ari yang jawab tadi yang bilang “YES,NO, DAN YES & NO ada.....


Haha, ternyata yang bilang Yes ada 31 orang dari 33 ,kalau yang jawab NO, sih enggak ada, tetapi yang bilang YES dan No ada 2 orang dari 33

v   
Kira kira jawaban mereka bilang seperti itu apa ya...?






PEMBAHASAN
Setelah kita lihat data diatas ternyata sebanyak 31 orang bilang “YES”.Karena kebanyakan dari mereka  baru pertama kali berdiskusi melalui FB. (haha, norak-norak yaa) karena memang FB kan digunakan untuk media bersosialisasi, maka dari itu group DIP ini dikatakan inovasi inovasi. Jika kebanyakan orang bilang Yes, ada juga kok yang bilang Yes & No, Pertama bilang yes karena memang banyak yang berpikir bahwa FB ini merupakan sesuatu hal yang baru. Kedua, dan yang bilang NO, belajar melalui fb seperti ini sudah pernah dilakukan sebelum-sebelumnya dan oleh sebab itulah tidak disebut inovasi karena tidak baru lagi.

KESIMPULAN
Nah maka dapat disimpulkan bahwa group FB ini merupakan INOVASI, karene sebagian besar menjawab “YESS”,dan juga  karena ditinjau dari sifatnya, group FB ini memiliki  tujuan serta merupakan pemecahan masalah belajar dan yang pasti bersifat positif. Dengan group ini dapat memecahkan masalah keterbatasan waktu dan juga membuat belajar menjadi lebih menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA :
Sumber hasil survey dan data :