WAWANCARA
KELOMPOK
hasil wawancara kelompok :
Desta Pratomo 1215106094
Nurdiansyah 1215106092
Adnan Amri 1215106074
Ahmad Binar 1215086060
Dalam
wawancara kali ini. Kelompok kami melakukan wawancara pada salah satu dosen
yang ada di universitas negeri jakarta. Beliau bekerja di fakultas ilmu
pendidikan program pendidikan bimbingan konseling nama beliau yaitu AIP
BADRUJAMAN. Profesi Penerbit itu merupakan dosen. Penerbit memulai karir
sebagai asisten dosen pada tahun 2004. Beliau memulai menulis sebuah buku pada
tahun 2008. Beliau sudah menerbitkan beberapa buku yait sebanyak 4 buah buku.
Namun ke empat buku tersebut di terbitkan oleh penerbit yang berbeda.
Pada buku terbitan dia yaitu yang
pertama adalah “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ yang diterbitkan
oleh transinfomedia pada tahun 2008. Yang kedua “cara mudah melakukan
penelitian tindakan kelas” di terbitkan oleh penerbit yang sama yaitu
transinfomedia pada tahun 2009. Yang ketiga “evaluasi program
bimbingan konseling” dan pada buku terbitan dia yang ketiga tersebut dia
bekerja sama dengan indeks bukan lagi dengan transinfomedia dia menerbitkan
buku nya ini pada tahun 2011. dan yang keempat “ penelitian tindakan
dalam bidang bimbingan konseling ” lalu pada buku nya yang ke empat dia
juga bekerja sama dengan indeks. Dia menerbitkan bukunya yang ke empat pada
tahun 2012.
Awal dia mencetak buku yang
pertama yang berjudul “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ sebenarnya
muncul dari ketidak sengajaan. Pada saat itu beliau mengajar mata kuliah
sosiologi di ilmu keperawatan. Dan ketika itu penerbit melihat diktat yang
beliau gunakan. Dan ketika beliau menggunakan diktat tersebut untuk pembelajaran
penerbit melihat diktat tersebut dan meminta beliau untuk membuat nya sebagai
buku.
Pada buku terbitan nya yang kedua
yaitu yang berjudul “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” bukan
beliau lagi yang meminta untuk di terbitkan melainkan sang penerbit yang
menanyakan bahwa apa sudah ada naskah yang siap di terbitkan. Kali ini beliau
yang di minta sang penerbit untuk membuat sebuah naskah lalu di jadikan sebuah
buku.
Buku terbitan selanjutnya yaitu
berjudul “evaluasi program bimbingan konseling” Dan yang ketiga kali
ini beliau bekerja sama dengan penerbit yang berbeda. Kali ini beliau bekerja
sama dengan sebuah penerbitan yaitu INDEKS. “kali ini saya bekerja sama dengan
indeks. Dan ini lebih bagus dari penerbit sebelumnya” tutur beliau. Indeks ini
merupakan penerbit yang menerbitkan salah satu profesor. Yaitu, prof. Cony
setiawan. Beliau berdiskusi dengan prof cony dan mencari informasi.
Beliau mengatakan kepada prof cony bahwa ia mempunya naskah. Dan prof cony
menyampaikan nya kepada indeks. Lalu penerbit pun ingin melihat naskah tersebut
sehingga akhirnya di setujui.
Yang ke empat pun jauh lebih
mudah dari yang sebelumnya. Karena pada kali ini penerbit menanyakan pada
beliau bahwa sudah ada lagi atau belum naskah yang ingin diterbitkan. Karena
memang beliau senang membagikan ilmu pengetahuan nya tentu saja beliau bersedia
untuk menuliskan naskah. Buku terbitan beliau yang ke empat ini berjudul “
penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling ”
Setelah itu kelompok kami pun
menanyakan hal – hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam penulisan sebuah
buku. Beliau menyatakan bahwa buku itu memiliki tiga kategori yaitu buku yang
baik, buku yang cukp baik, dan pemula (yang baru memulai menulis buku).
Beliau menjelaskan lebih dalam
yaitu buku yang masuk kategori baik itu merupakan buku yang hasil dari
penelitian sang penulis tersebut atau pure tanpa ada bantuan orang lain. Beliau
berpendapat bahwa “Yang di tekankan dalam kategori buku yang baik itu ialah
originalitas dari hasil pemikiran kita sendiri. Meskipun memang jika ada dari
orang lain itu hanyalah sebuah pendamping. maksud dari pendamping itu ialah
pikiran kita yang utama dan pikiran orang untuk menguatkan pikiran kita
tersebut Istilah teknis nya ya seperti itu”. Beliau pun menuturkan bahwa di
indonesia masih sulit buku jenis ini atau buku yang termasuk kategori baik.
Masih banyak orang besar yang ada di indonesia masih belum terbiasa melakukan
penelitian jadi jika mereka menerbitakan belum tentu murni hasil penelitian
nya. Buku yang termasuk ke dalam kategori buku yang baik itu atau yang hasil
penelitian dia sendiri ialah seperti buku nya Piaget, Bandura, Gagne dan
lainya.
Lalu kategori buku yang
selanjutnya yaitu buku yang cukup baik itu buku yang basis pikiran nya pikiran
orang lain tetapi di konstruksi dalam pikiran sang penulis itu jadi yang keluar
ialah bahasa sang penulis tersebut. Contoh nya seperti ini kita ingin menulis
tentang demokrasi namun kita gak punya pikiran tentang demokrasi. Tetapi kita
membaca buku tentang demokrasi yang dari hasil analisis orang yang kita
konstruksi ulang dengan bahasa kita sendiri.
Selanjutnya kategori buku yang
terkahir yaitu buku kompilasi atau pemula. Contohnya kita punya 30 referensi
lalu masing masing referensi kita ambil sedikit kemudian kita gabungkan menjadi
satu. Itu namanya buku kompilasi. Dan kategori buku inilah yang paling banyak
di indonesia meskipun yang menulis buku tersebut tidak tanggung seperti doktor
maupun profesor.
Buku beliau yang pertama yaitu
tentang sosiologi keperawatan termasuk ke dalam buku kompilasi atau pemula.
Karena beliau mengambil dari beberapa referensi karena pada dasarnya itu
diktat. Perbedaan yang mencolok dalam kategori buku yang cukup baik dan
kompilasi ialah kalau buku yang cukup baik itu secara teknis dalam satu buku
tersebut hanya sekitar 10% merupakan kutipan dan sisanya pikiran penulis itu
sendiri. Lalu buku yang di kategorikan kompilasi itu secara teknis dala satu
buku tersebut sekitar 90% merupakan suatu kutipan dan sisanya pemikiran
penulis itu sendiri.
Beliau berkata “ sebenarnya
kategori itu semua merupakan suatu proses. Jika ada orang yang menganggap Buku
kompilasi atau buku pemula tidak bisa dikatakan tidak layak terbit saya kurang
setuju”. Beliau menganggap banyak orang yang takut menulis buku karena
menganggap atau takut kalau tulisan nya itu tidak layak untuk di terbitkan.
Buku itu sebenarnya lebih ke interaksi akademis. Seperti contoh orang yang
menganggap buku kita itu bagus namun ada juga yang berkata buku kita itu jelek.
Tapi itu semua merupakan salah satu feedback dan interaksi akademik yang
membangun kita untuk proses yang lebih sempurna lagi.
Jika kita menunggu atau ingin
membuat buku yang bagus maka kita tidak akan memulai menulis buku di karenakan
kita masih takut menulis buku yang di anggap jelek. Bagus itu di mulai dari
yang buruk atau yang belum sempurna.
Dalam menulis buku itu yang
terpenting ialah spirit berbagi, maksudnya ialah berbagi pengetahuan kepada
orang lain. Beliau kadang menganggap sesuatu yang kita pikirkan dan kita tulis
itu kecil tetapi ketika ada seminar pelatihan ada yang menanggapi tulisa kita
dan merasa bahwa tulisan kita sangat bagus sekali dan berpengaruh.
Kesulitan atau kendala yang di
hadapi beliau ketika melakukan penulisan ialah fokus dan sarana. Fokus atau
mood itu sangat berpengaruh sekali dalam penulisan buku. Dan mood itu sendiri
pun saling berhubungan dengan prasarana.
Jika mood beliau sedang bagus
atau sedang optimal beliau bisa menulis dalam sehari bisa berpuluh puluh
halaman tetapi jika dalam mood yang kurang baik itu ya sangat sulit sekali
mendapat kan ide untuk menulis. Seperti yang di katakan tadi bahwa kondisi
psikologis itu ataupun mood itu tidak berdiri sendiri. Ada faktor lain yang
mampu mempengaruhi mood tersebut yaitu fasilitas. Di jurusan beliau yaitu
Bimbingan Konseling tidak mempunyai ruang dosen yang memadai dan nyaman
sehingga mendukung kita untuk menciptakan banyak karya. Kita ambil contoh
seperti ini “ jika saya sedang menulis kan buku di jurusan lalu tiba tiba lampu
nya mati atau turun maka otomatis laptop alat elektronik yang saya gunakan
untuk menulis buku pun ikut mati. Dan itu yang terkadang membuat mood
saya pun langsung turun. Beliau menuturkan bahwa dia lebih banyak menulis buku
atau menghasilkan karya itu di rumah. Karena di sana beliau mendapatkan
kenyamanan sehingga ide yang ada di pikiran pun dapat di keluarkan dengan
maksimal.
Beliau sangat heran kepada
fakultas yang menginginkan karya dari para dosen tetapi fasilitas dalam
fakultas itu sendiri tidak memadai. Bahkan tempat duduk dosen pun kadang
terbatas.
“menulis buku itu tidak seperti
minum kopi yang dapat di sela. Karena ketika ide muncul dan kita menunda nya
maka ide yang awalnya bagus malah menjadi lupa” tutur pak AIB.
Menulis yang baik itu bisa
dilakukan jika kita mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri di dapat
atau di akses melalui jurnal jurnal internasional. Di UNJ sendiri masih sangat
minim sekali orang yang langganan jurnal internasional. Bagaimana bisa kita
menulis yang baik tanpa ada referensi yang bagus. Terkadang saya meminta
bantuan temen saya yang di luar negeri maupun yang di dalam negeri yang
berlangganan jurnal internasional untuk meminjam akun teman saya tersebut hanya
untuk mendapat akses referensi yang bagus. Itu semua merupakan kesulitan yang
beliau hadapi dalam penulisan buku.
Dan cara memecahkan kesulitan
yang beliau hadapi yaitu yang terkait dengan fasilitas yaitu dengan menulis di
rumah. Lalu yang terkait dengan referensi yaitu saya meminjam akun teman untuk
mengakses jurnal internasional. Lalu yang terkait dengan mood itu sendiri saya
berusaha membuat tempat kerja saya di rumah senyaman dan serileks mungkin
sehingga mood saya selalu terjaga.
Motivasi beliau dalam menulis
buku ialah berbagi pengetahuan dan itu yang paling penting. Karena pengetahuan
itu bersifat dinamis dan berkembang. Pengetahuan itu bisa berkembang jika
terjadinya interaksi. Dalam sisi akademik yang saya lakukan untuk berinteraksi
yaitu melalui buku. Jadi sepintar apapun dosen jika hanya menyimpan di dalam
dirinya saja maka interaksi akademik nya pun menjadi minimal. Beliau sadar
bahwa buku yang beliau hasilkan merupakan bukan buku yang bagus tetapi
kekurangan itu sendiri yang menjadikan diskusi dan motivasi saya untuk membuat
buku yang lebih bagus.
Selain dalam hal tersebut
motivasi beliau dalam menuliskan buku yaitu untuk menaikkan cum. Dalam jenjang
kenaikan pangkat dosen di harapkan menghasilkan karya. Maka karya yang pak Aip
hasilkan yaitu menulis buku.
Dari segi finansial menulis buku
itu tidak cukup menjanjikan. Karena penerbit itu hanya menghasilkan royalti
10%. Buku teori itu tidak seperti buku novel yang mudah laku di pasaran.
Rencana ke depan pak Aip dalam
berkarya ialah dia ingin menciptakan sesuatu yang baru. Yaitu komik statistik.
Karena pengalaman dia mengajar atau menjadi tutor untuk statistika melihat
bahwa orang orang menganggap statistika itu merupakan ilmu yang prosedural
padahal statistika itu merupakan ilmu tentang logika. Yang kita bisa buat
dengan lebih menyenangkan. Jadi memahaminya lebih mudah. Dan membuat komik ini
merupakan hal yang baru bagi saya.
Yang berikutnya beliau sedang
menulis buku tentang penelitian di bidang penelitian terutama bimbingan
konseling. Beliau ingin membuat sebuah buku penelitian dimana dalam buku
tersebut di jelaskan lebih rinci dari bagaimana merumuskan masalah sampai
menuliskan laporan. Karena beliau menganggap buku penelitian saat ini lebih
banyak menghadirkan teori dibanding prosedural. Dan manfaat buku ini pun dapat
membantu mahasiswa dalam membuat skripsi.
Pesan dari beliau yaitu menulis
itu dimulai dari membaca. Banyak membaca lalu cobalah tuliskan apa yang anda
pikirkan. Terkadang anda menganggap bahwa yang anda pikirkan itu hanyalah hal
yang biasa tapi tanggapan orang lain mungkin bahwa tulisan anda itu luar biasa.
Sebenarnya masalah dari menulis
itu ialah bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik dan yang perlu lakukan
hanya lah berlatih, berlatih dan berlatih. Apalagi pada saat ini sangat mudah
mencari media untuk menulis seperti di blog contohnya. Dan itu memudahkan orang
untuk menjadi penulis hebat. Dan yang paling penting itu jangan takut untuk
menulis dan jangan takut untuk berbagi ilmu pengetahuan.
sekian hasil wawancara kelompok
kami kepada salah satu dosen Fakultas Ilmu Pendidikan bidang Bimbingan
Konseling yaitu Pak AIP BADRUJAMAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar