Selasa, 09 Oktober 2012

Wawancara Penulis Buku


WAWANCARA KELOMPOK

hasil wawancara kelompok :
Desta Pratomo 1215106094
Nurdiansyah 1215106092
Adnan Amri 1215106074
Ahmad Binar 1215086060


                Dalam wawancara kali ini. Kelompok kami melakukan wawancara pada salah satu dosen yang ada di universitas negeri jakarta. Beliau bekerja di fakultas ilmu pendidikan program pendidikan bimbingan konseling nama beliau yaitu AIP BADRUJAMAN. Profesi Penerbit itu merupakan dosen. Penerbit memulai karir sebagai asisten dosen pada tahun 2004. Beliau memulai menulis sebuah buku pada tahun 2008. Beliau sudah menerbitkan beberapa buku yait sebanyak 4 buah buku. Namun ke empat buku tersebut di terbitkan oleh penerbit yang berbeda.
Pada buku terbitan dia yaitu yang pertama adalah “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ yang diterbitkan oleh transinfomedia pada tahun 2008. Yang kedua “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” di terbitkan oleh penerbit yang sama yaitu transinfomedia pada tahun 2009. Yang ketiga “evaluasi program bimbingan konseling” dan pada buku terbitan dia yang ketiga tersebut dia bekerja sama dengan indeks bukan lagi dengan transinfomedia dia menerbitkan buku nya ini pada tahun 2011. dan yang keempat “ penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling ” lalu pada buku nya yang ke empat dia juga bekerja sama dengan indeks. Dia menerbitkan bukunya yang ke empat pada tahun 2012. 
Awal dia mencetak buku yang pertama yang berjudul “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan “ sebenarnya muncul dari ketidak sengajaan. Pada saat itu beliau mengajar mata kuliah sosiologi di ilmu keperawatan. Dan ketika itu penerbit melihat diktat yang beliau gunakan. Dan ketika beliau menggunakan diktat tersebut untuk pembelajaran penerbit melihat diktat tersebut dan meminta beliau untuk membuat nya sebagai buku.
Pada buku terbitan nya yang kedua yaitu yang berjudul “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” bukan beliau lagi yang meminta untuk di terbitkan melainkan sang penerbit yang menanyakan bahwa apa sudah ada naskah yang siap di terbitkan. Kali ini beliau yang di minta sang penerbit untuk membuat sebuah naskah lalu di jadikan sebuah buku.
Buku terbitan selanjutnya yaitu berjudul “evaluasi program bimbingan konseling” Dan yang ketiga kali ini beliau bekerja sama dengan penerbit yang berbeda. Kali ini beliau bekerja sama dengan sebuah penerbitan yaitu INDEKS. “kali ini saya bekerja sama dengan indeks. Dan ini lebih bagus dari penerbit sebelumnya” tutur beliau. Indeks ini merupakan penerbit yang menerbitkan salah satu profesor. Yaitu, prof. Cony setiawan. Beliau berdiskusi  dengan prof cony dan mencari informasi. Beliau mengatakan kepada prof cony bahwa ia mempunya naskah. Dan prof cony menyampaikan nya kepada indeks. Lalu penerbit pun ingin melihat naskah tersebut sehingga akhirnya di setujui.
Yang ke empat pun jauh lebih mudah dari yang sebelumnya. Karena pada kali ini penerbit menanyakan pada beliau bahwa sudah ada lagi atau belum naskah yang ingin diterbitkan. Karena memang beliau senang membagikan ilmu pengetahuan nya tentu saja beliau bersedia untuk menuliskan naskah. Buku terbitan beliau yang ke empat ini berjudul “ penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling ”
Setelah itu kelompok kami pun menanyakan hal – hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam penulisan sebuah buku. Beliau menyatakan bahwa buku itu memiliki tiga kategori yaitu buku yang baik, buku yang cukp baik, dan pemula (yang baru memulai menulis buku).
Beliau menjelaskan lebih dalam yaitu buku yang masuk kategori baik itu merupakan buku yang hasil dari penelitian sang penulis tersebut atau pure tanpa ada bantuan orang lain. Beliau berpendapat bahwa “Yang di tekankan dalam kategori buku yang baik itu ialah originalitas dari hasil pemikiran kita sendiri. Meskipun memang jika ada dari orang lain itu hanyalah sebuah pendamping. maksud dari pendamping itu ialah pikiran kita yang utama dan pikiran orang untuk menguatkan pikiran kita tersebut Istilah teknis nya ya seperti itu”. Beliau pun menuturkan bahwa di indonesia masih sulit buku jenis ini atau buku yang termasuk kategori baik. Masih banyak orang besar yang ada di indonesia masih belum terbiasa melakukan penelitian jadi jika mereka menerbitakan belum tentu murni hasil penelitian nya. Buku yang termasuk ke dalam kategori buku yang baik itu atau yang hasil penelitian dia sendiri ialah seperti buku nya Piaget, Bandura, Gagne dan lainya.
Lalu kategori buku yang selanjutnya yaitu buku yang cukup baik itu buku yang basis pikiran nya pikiran orang lain tetapi di konstruksi dalam pikiran sang penulis itu jadi yang keluar ialah bahasa sang penulis tersebut. Contoh nya seperti ini kita ingin menulis tentang demokrasi namun kita gak punya pikiran tentang demokrasi. Tetapi kita membaca buku tentang demokrasi yang dari hasil analisis orang yang kita konstruksi ulang dengan bahasa kita sendiri.
Selanjutnya kategori buku yang terkahir yaitu buku kompilasi atau pemula. Contohnya kita punya 30 referensi lalu masing masing referensi kita ambil sedikit kemudian kita gabungkan menjadi satu. Itu namanya buku kompilasi. Dan kategori buku inilah yang paling banyak di indonesia meskipun yang menulis buku tersebut tidak tanggung seperti doktor maupun profesor.
Buku beliau yang pertama yaitu tentang sosiologi keperawatan termasuk ke dalam buku kompilasi atau pemula. Karena beliau mengambil dari beberapa referensi karena pada dasarnya itu diktat.  Perbedaan yang mencolok dalam kategori buku yang cukup baik dan kompilasi ialah kalau buku yang cukup baik itu secara teknis dalam satu buku tersebut hanya sekitar 10% merupakan kutipan dan sisanya pikiran penulis itu sendiri. Lalu buku yang di kategorikan kompilasi itu secara teknis dala satu buku tersebut sekitar 90%  merupakan suatu kutipan dan sisanya pemikiran penulis itu sendiri.
Beliau berkata “ sebenarnya kategori itu semua merupakan suatu proses. Jika ada orang yang menganggap Buku kompilasi atau buku pemula tidak bisa dikatakan tidak layak terbit saya kurang setuju”. Beliau menganggap banyak orang yang takut menulis buku karena menganggap atau takut kalau tulisan nya itu tidak layak untuk di terbitkan. Buku itu sebenarnya lebih ke interaksi akademis. Seperti contoh orang yang menganggap buku kita itu bagus namun ada juga yang berkata buku kita itu jelek. Tapi itu semua merupakan salah satu feedback dan interaksi akademik yang membangun kita untuk proses yang lebih sempurna lagi.
Jika kita menunggu atau ingin membuat buku yang bagus maka kita tidak akan memulai menulis buku di karenakan kita masih takut menulis buku yang di anggap jelek. Bagus itu di mulai dari yang buruk atau yang belum sempurna.
Dalam menulis buku itu yang terpenting ialah spirit berbagi, maksudnya ialah berbagi pengetahuan kepada orang lain. Beliau kadang menganggap sesuatu yang kita pikirkan dan kita tulis itu kecil tetapi ketika ada seminar pelatihan ada yang menanggapi tulisa kita dan merasa bahwa tulisan kita sangat bagus sekali dan berpengaruh.
Kesulitan atau kendala yang di hadapi beliau ketika melakukan penulisan ialah fokus dan sarana. Fokus atau mood itu sangat berpengaruh sekali dalam penulisan buku. Dan mood itu sendiri pun saling berhubungan dengan prasarana.
Jika mood beliau sedang bagus atau sedang optimal beliau bisa menulis dalam sehari bisa berpuluh puluh halaman tetapi jika dalam mood yang kurang baik itu ya sangat sulit sekali mendapat kan ide untuk menulis. Seperti yang di katakan tadi bahwa kondisi psikologis itu ataupun mood itu tidak berdiri sendiri. Ada faktor lain yang mampu mempengaruhi mood tersebut yaitu fasilitas. Di jurusan beliau yaitu Bimbingan Konseling tidak mempunyai ruang dosen yang memadai dan nyaman sehingga mendukung kita untuk menciptakan banyak karya. Kita ambil contoh seperti ini “ jika saya sedang menulis kan buku di jurusan lalu tiba tiba lampu nya mati atau turun maka otomatis laptop alat elektronik yang saya gunakan untuk menulis buku pun ikut mati.  Dan itu yang terkadang membuat mood saya pun langsung turun. Beliau menuturkan bahwa dia lebih banyak menulis buku atau menghasilkan karya itu di rumah. Karena di sana beliau mendapatkan kenyamanan sehingga ide yang ada di pikiran pun dapat di keluarkan dengan maksimal.
Beliau sangat heran kepada fakultas yang menginginkan karya dari para dosen tetapi fasilitas dalam fakultas itu sendiri tidak memadai. Bahkan tempat duduk dosen pun kadang terbatas.
“menulis buku itu tidak seperti minum kopi yang dapat di sela. Karena ketika ide muncul dan kita menunda nya maka ide yang awalnya bagus malah menjadi lupa” tutur pak AIB.
Menulis yang baik itu bisa dilakukan jika kita mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri di dapat atau di akses melalui jurnal jurnal internasional. Di UNJ sendiri masih sangat minim sekali orang yang langganan jurnal internasional. Bagaimana bisa kita menulis yang baik tanpa ada referensi yang bagus. Terkadang saya meminta bantuan temen saya yang di luar negeri maupun yang di dalam negeri yang berlangganan jurnal internasional untuk meminjam akun teman saya tersebut hanya untuk mendapat akses referensi yang bagus. Itu semua merupakan kesulitan yang beliau hadapi dalam penulisan buku.
Dan cara memecahkan kesulitan yang beliau hadapi yaitu yang terkait dengan fasilitas yaitu dengan menulis di rumah. Lalu yang terkait dengan referensi yaitu saya meminjam akun teman untuk mengakses jurnal internasional. Lalu yang terkait dengan mood itu sendiri saya berusaha membuat tempat kerja saya di rumah senyaman dan serileks mungkin sehingga mood saya selalu terjaga.
Motivasi beliau dalam menulis buku ialah berbagi pengetahuan dan itu yang paling penting. Karena pengetahuan itu bersifat dinamis dan berkembang. Pengetahuan itu bisa berkembang jika terjadinya interaksi. Dalam sisi akademik yang saya lakukan untuk berinteraksi yaitu melalui buku. Jadi sepintar apapun dosen jika hanya menyimpan di dalam dirinya saja maka interaksi akademik nya pun menjadi minimal. Beliau sadar bahwa buku yang beliau hasilkan merupakan bukan buku yang bagus tetapi kekurangan itu sendiri yang menjadikan diskusi dan motivasi saya untuk membuat buku yang lebih bagus.
Selain dalam hal tersebut motivasi beliau dalam menuliskan buku yaitu untuk menaikkan cum. Dalam jenjang kenaikan pangkat dosen di harapkan menghasilkan karya. Maka karya yang pak Aip hasilkan yaitu menulis buku.
Dari segi finansial menulis buku itu tidak cukup menjanjikan. Karena penerbit itu hanya menghasilkan royalti 10%. Buku teori itu tidak seperti buku novel yang mudah laku di pasaran.
Rencana ke depan pak Aip dalam berkarya ialah dia ingin menciptakan sesuatu yang baru. Yaitu komik statistik. Karena pengalaman dia mengajar atau menjadi tutor untuk statistika melihat bahwa orang orang menganggap statistika itu merupakan ilmu yang prosedural padahal statistika itu merupakan ilmu tentang logika. Yang kita bisa buat dengan lebih menyenangkan. Jadi memahaminya lebih mudah. Dan membuat komik ini merupakan hal yang baru bagi saya.
Yang berikutnya beliau sedang menulis buku tentang penelitian di bidang penelitian terutama bimbingan konseling. Beliau ingin membuat sebuah buku penelitian dimana dalam buku tersebut di jelaskan lebih rinci dari bagaimana merumuskan masalah sampai menuliskan laporan. Karena beliau menganggap buku penelitian saat ini lebih banyak menghadirkan teori dibanding prosedural. Dan manfaat buku ini pun dapat membantu mahasiswa dalam membuat skripsi.
Pesan dari beliau yaitu menulis itu dimulai dari membaca. Banyak membaca lalu cobalah tuliskan apa yang anda pikirkan. Terkadang anda menganggap bahwa yang anda pikirkan itu hanyalah hal yang biasa tapi tanggapan orang lain mungkin bahwa tulisan anda itu luar biasa.
Sebenarnya masalah dari menulis itu ialah bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik dan yang perlu lakukan hanya lah berlatih, berlatih dan berlatih. Apalagi pada saat ini sangat mudah mencari media untuk menulis seperti di blog contohnya. Dan itu memudahkan orang untuk menjadi penulis hebat. Dan yang paling penting itu jangan takut untuk menulis dan jangan takut untuk berbagi ilmu pengetahuan.
sekian hasil wawancara kelompok kami kepada salah satu dosen Fakultas Ilmu Pendidikan bidang Bimbingan Konseling yaitu Pak AIP BADRUJAMAN.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar